Selasa, 18 Februari 2014

Arsitek Indonesia



Sudah banyak bangunan megah di Indonesia yang diakui hingga manca negara. Namun kadang kesohoran sebuah bangunan megah atau suatu linkungan justru berbanding terbalik dengan pemilik otak dibalik pembangunan bangunan-bangunan yang mendapat apresiasi dunia tersebut. Yap! Arsiteknya! Tanpa adanya arsitek handal, tidak akan mungkin ada bangunan yang spektakuler, termasuk di Indonesia. Tidak banyak orang yang tahu kalau Indonesia juga punya banyak arsitek yang berhasil menciptakan bangunan terbaik di Indonesia. Siapa saja dia?

Y.B Mangunwijaya Pr.


Arsitek satu ini menempati posisi puncak dalam daftar ini karena sumbanganya tidak hanya terbatas pada arsitektur namun juga meresap ke dalam ingatan dan jiwa kita. Dalam bidang arsitektur sendiri lulusan Teknik Arsitektur ITB, 1959 dan Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman, 1966, ini dijuluki sebagai bapak arsitektur modern indonesia. Karyanya yang terkenal adalah Bentara Budaya Jakarta, berbagai gereja dan kawasan pemukiman Kali Code.
Sebagai humanis ia sangat peduli pada masyarakat kecil saat merancangan pemukiman di bantaran Kali Code, tidak berhenti pada pembangunan fisik namun juga pembangunan untuk memanusiakan manusia. Ia memberikan pendampingan pada korban waduk Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah Agung, untuk jasanya itu ia dicap Komunis oleh orde baru. Rohaniawan Katolik ini menempuh pendidikan seminari pada Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta, yang dilanjutkan ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius di Mertoyudan, Magelang.
Ia juga seorang sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang dipuji tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Sebut saja Burung-burung Manyar dan Roro Mendut. Romo juga sangat peduli mengenai pendidikan dan mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yayasan pendidikan untuk anak miskin dan terlantar. Ia memang sangat peduli dengan pendidikan dasar sampai-sampai ia pernah berkata “When I die, let me die as a primary school teacher”. Untuk jasanya ia mendapatkan berbagai penghargaan, lengkap untuk setiap bidang yang ia geluti.


Ridwan Kamil

Dalam sebuah profil di laman TEDx, sebuah forum yang mendatangkan berbagai pakar dan praktisi di biduangnya, Ridwan kamil dideskripsikan sebagai berikut :
Ridwan Kamil is among the biggest names in modern Indonesian architecture. As an architect with a love for green, he uses creative design such as maximizing pedestrian walkways to solve urban issues. He is famously known as the designer of Aceh's tsunami museum and Rasuna Epicentrum (Jakarta). His house was made from 30,000 used Red Bull bottles.
Dalam karirnya, selain berhasil berkontribusi dalam pembangunan Museum Tsunami Aceh dan Rasuna Epicentrum, Ridwan Kamil juga diakui karena aktivitas sosialnya dan kontribusinya terhadap masyarakat. Bahkan, Aktivitas sosialnya itu berhasil mendapat perhatian dunia, salah satunya dengan penghargaan yang didapatnya dalam Urban Leadership Award dari University of Pennsylvania pada 2013. Penghargaan tersebut diberikan untuk pemimpin informal kota atau komunitas yang dinilai peduli dan berhasil memberikan sebuah solusi untuk wilayah tertentu dengan menyeimbangakan sektor sosial, ekonomi dan lingkungan. Dan yang cukup membanggakan, Ridwan Kamil merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil mendapatkan penghargaan tersebut.
Saat ini, Ridwan Kamil sedang berjuang untuk merubah kota Bandung menjadi lebih baik, yaitu dengan maju sebagai calon walikota bandung dalam pemilukada kota bandung 2013.

Fredrich S Silaban

Fredrich S Silaban, karya-karyanya menghiasi ibukota Jakarta. Siapa yang tidak kenal Monumen Nasional, Gelora Senayan dan tentunya yang paling membangakan adalah Masjid Istiqlal. Bangunan masjid terbesar di Asia Tenggara itu dirancang olehnya melalui sebuah sayembara dan karyanya itu menjadi monumen toleransi di Indonesia. Mengapa? Karena Masjid terbesar di Indonesia dirancang oleh seorang Kristen. Ia menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950. Selain Masjid Istiqlal, Monumen Nasional menjadi hasil rancanganya setelah Soekarno memerintahkannya merancang ulang hasil sayembara sebelumnya.






0 komentar:

Posting Komentar